Senin, 17 September 2012

MAU - S2 - (STUDI - LANJUT) - DIMANA?


MAU S2 (STUDI LANJUT) DIMANA?



 Oleh: Agus Fadilla Sandi


Tahun ini, 2012, ada banyak teman-teman saya yang telah mengakhiri studi S1-nya atau telah meraih sarjana. Tentunya hal tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi saya untuk segera pula menyelesaikan tugas akhir, skripsi, sebagai salah satu syarat kelulusan di universitas. Bagi sebagian orang yang belum sarjana, meraih gelar sarjana adalah suatu kebanggaan dan kelegaan tersendiri. Namun ternyata, menurut sebagian teman-teman saya yang telah sarjana, meraih gelar sarjana tidak selalu membuat lega. Sebab terkadang seusai sarjana diraih, orang yang bersangkutan akan dihadapkan pada kehidupan yang lebih "ganas". Ada yang harus segera cari kerja, cari calon dan atau nikah, begitu pula untuk S2 (studi lanjut). Termasuk yang manakah saudara? :-)

Hal yang menarik dari sekian banyak ke"ganas"an di atas, ialah terkait S2. Siapa sih yang tidak mau S2 setelah sarjana? :D Tentu banyak orang yang ingin dapat segera S2. Tapi pernah kah kita benar-benar bertanya dalam diri, "untuk apa sebenarnya aku S2?" Jawablah jujur dalam hati, "untuk apa?"

Siang ini, saya bertemu dengan seorang teman yang hebat. Ia sudah sarjana. Mengetahui bakatnya yang luar biasa, saya pun menawarkan berbagai beasiswa S2 di luar negeri. Kemudian saya melengkapi informasi tersebut dengan berbagai persyaratannya. Istimewanya adalah, ketika saya menyampaikan info beasiswa tersebut dan menanyakan kesediannya, ia menjawab, "saya ndak mau terlalu terobsesi, mas, apalagi kalau kuliah ke luar negeri hanya untuk keren-keren-an." :-)

Dari percakapan singkat tersebut, saya kembali belajar tentang arti pentingnya meluruskan niat. Kuliah S1, S2, dst dimanapun itu harus disadari dan diinsyafi secara benar untuk apa?dan mengapa harus S2 disana?

Tentu menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban. Tapi tidak serta merta kemudian menghalalkan segala cara, terlebih jika niatnya juga tidak benar. Bahkan Syeikh Ibnu `Athaillah As-Sakandary mengatakan, "Maksiat yg melahirkan sikap hina dina di hadapan Allah itu lebih baik ketimbang ketaatan kepada Allah yg melahirkan sikap merasa mulia dan sombong." Dalam konteks ini, "menuntut ilmu di tempat biasa tapi penuh ketawadhu'an, lebih baik dari pada menuntut ilmu di tempat yang luar biasa tapi penuh kesombongan."
" Terus bagaimana ya dengan para mahasiswa yang membanggakan kampusnya secara berlebihan? :D

Semoga kita semua senantiasa diberi hidayah oleh Allah SWT agar dapat meluruskan niat pada setiap amal yang kita lakukan. Amin. Apa lagi yang kita banggakan jika kita terlahir dan kembali nanti tanpa membawa sesuatu apapun, kecuali amal yang diterima-Nya?

1 komentar:

  1. iya yaah.. Yuk Mari meluruskan niat..
    Saya izin share ya pak agus.. (^_^)

    BalasHapus