MAU S2 (STUDI LANJUT) DIMANA?
Oleh: Agus Fadilla Sandi
Tahun
ini, 2012, ada banyak teman-teman saya yang telah mengakhiri studi
S1-nya atau telah meraih sarjana. Tentunya hal tersebut menjadi motivasi
tersendiri bagi saya untuk segera pula menyelesaikan tugas akhir,
skripsi, sebagai salah satu syarat kelulusan di universitas. Bagi
sebagian orang yang belum sarjana, meraih gelar sarjana adalah suatu
kebanggaan dan kelegaan tersendiri. Namun ternyata, menurut sebagian
teman-teman saya yang telah sarjana, meraih gelar sarjana tidak selalu
membuat lega. Sebab terkadang seusai sarjana diraih, orang yang
bersangkutan akan dihadapkan pada kehidupan yang lebih "ganas". Ada yang
harus segera cari kerja, cari calon dan atau nikah, begitu pula untuk S2 (studi lanjut). Termasuk yang manakah saudara? :-)
Hal
yang menarik dari sekian banyak ke"ganas"an di atas, ialah terkait S2.
Siapa sih yang tidak mau S2 setelah sarjana? :D Tentu banyak orang yang
ingin dapat segera S2. Tapi pernah kah kita benar-benar bertanya dalam
diri, "untuk apa sebenarnya aku S2?" Jawablah jujur dalam hati, "untuk apa?"
Siang ini, saya bertemu dengan seorang teman yang hebat. Ia sudah sarjana. Mengetahui bakatnya yang luar biasa, saya pun menawarkan berbagai beasiswa S2 di luar negeri. Kemudian saya melengkapi informasi tersebut dengan berbagai persyaratannya. Istimewanya adalah, ketika saya menyampaikan info beasiswa tersebut dan menanyakan kesediannya, ia menjawab, "saya ndak mau terlalu terobsesi, mas, apalagi kalau kuliah ke luar negeri hanya untuk keren-keren-an." :-)
Dari percakapan singkat tersebut, saya kembali belajar tentang arti pentingnya meluruskan niat. Kuliah S1, S2, dst dimanapun itu harus disadari dan diinsyafi secara benar untuk apa?dan mengapa harus S2 disana?
Tentu
menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban. Tapi tidak serta merta kemudian
menghalalkan segala cara, terlebih jika niatnya juga tidak benar. Bahkan
Syeikh Ibnu `Athaillah As-Sakandary mengatakan, "Maksiat yg
melahirkan sikap hina dina di hadapan Allah itu lebih baik ketimbang
ketaatan kepada Allah yg melahirkan sikap merasa mulia dan sombong." Dalam konteks ini, "menuntut
ilmu di tempat biasa tapi penuh ketawadhu'an, lebih baik dari pada
menuntut ilmu di tempat yang luar biasa tapi penuh kesombongan."
" Terus bagaimana ya dengan para mahasiswa yang membanggakan kampusnya secara berlebihan? :D
Semoga
kita semua senantiasa diberi hidayah oleh Allah SWT agar dapat
meluruskan niat pada setiap amal yang kita lakukan. Amin. Apa lagi yang
kita banggakan jika kita terlahir dan kembali nanti tanpa membawa
sesuatu apapun, kecuali amal yang diterima-Nya?
iya yaah.. Yuk Mari meluruskan niat..
BalasHapusSaya izin share ya pak agus.. (^_^)