MAKE IT REAL!
“BERANI
(MERAIH) MIMPI KARENA ILAHI”
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak
(untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:
"Jadilah!" Lalu jadilah ia.”
(Q.S.
Al-Baqarah [2]: 117)
Bacalah, “Oatk
mnauisa trenytaa ajiab. Oatk bsia mmebcaa tluiasn ynag ssuunan hruuf-nya slaah,
aslakan hruuf pretmaa & treakhir-nya bnear. Sleaamt Adna adlaah oarng ynag laur
baisa!!!” Pola
(Pattern). Apakah kita bisa membacanya? Ini adalah sekelumit bukti betapa Maha
Kuasa-Nya, Allah, yang telah menciptakan kita dengan berbagai kehebatan luar
biasa. Bahkan Allah menegaskan, “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.” (At-Tiin [95]: 4).
Segala sesuatu
di dunia ini sangat mungkin dapat terjadi atas izin-Nya. Walaupun bagi kita
sama sekali tidak mungkin. Keragu-raguan atas sesuatu tertentulah yang
(mungkin) menyebabkan berbagai “keajaiban” enggan datang menghampiri kita.
Semakin berbahayanya sifat “ragu-ragu”, Rasulullah-pun bersabda, “tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu dan
beralihlah kepada apa-apa yang tidak meragukanmu.” Apa yang menyebabkan kita ragu? Bukankah kita diciptakan oleh Allah
Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu? Jika Allah dapat mengganti siang menjadi
malam, lalu mengganti malam menjadi siang, maka amat mudah bagi-Nya hanya untuk
sekedar mengabulkan permintaan (do’a) “kecil” kita kepada-Nya yang Maha Besar.
Barangkali di antara kita ada yang telah
merasakan keajaiban dari-Nya. Begitu pula mungkin banyak di antara kita yang
(masih) ragu atas kekuasaan-Nya. Pernah terbersit dalam hati, “ya Allah,
mengapa hidup hamba begitu susah?” mungkin itu karena kita belum sepenuhnya mengerti
bahwa kebahagian terbesar adalah saat bersama-Nya. Berdo’a adalah senjata orang-orang
beriman. Berdo’a adalah saat dimana kita dapat merasakan kebahagiaan
bersama-Nya. Mungkin juga pernah menyelinap di hati, “ya Allah, mengapa hamba
begitu lemah tak berdaya?” Allah ingin memperlihatkan betapa Ia Maha Perkasa,
yang dapat menganugerahi kemampuan luar biasa kepada orang-orang lemah nan
biasa seperti kita.
Senandung Bunga Seroja melantunkan, “mengapa kau bermenung, oh adik berhati
bingung?” senandung ini sangat sederhana tapi kaya akan makna. Betapa
“merenung” merupakan hal yang tidak seharusnya dilakukan secara berlarut dan
berlebihan. Terlebih jika larut dalam perenungan yang negatif dan melalaikan.
Terkadang merenung dapat berbuah positif, namun tak jarang merenung justru
berbuah negatif. Perenungan perlu dilakukan untuk menginsyafi eksistensi diri dan
kehidupan serta mensyukuri karunia-Nya. Bukan justru untuk menjadikan kita
lalai dan berputus asa. Allah melarang kita berputus asa sebagaiman firman-Nya,
“…dan janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Q.S. Yusuf
[12]:87).
Facing The Giants
Facing The Giants adalah judul
sebuah film yang disutradarai oleh Alex Kendrick. Film yang dirilis tahun 2006
ini mengisahkan seorang pelatih softball yang
menghadapi hidup penuh ujian. Ujian berupa rekornya sebagai pelatih yang sangat
mengecewakan karena tidak pernah berhasil mengantarkan timnya, Eagle, menjadi
sang juara. Begitu pula ujian dalam keluarganya yang belum dikaruniai keturunan
di tahun keempat pernikahannya. Ujian-ujian tersebut membuatnya hampir putus
asa. Bagaimana tidak? di tengah kekalahan tim yang bertubi-tubi ia terima, di
saat itu pula pihak sekolah berencana memecatnya. Padahal profesi pelatih
adalah pekerjaan satu-satunya yang ia miliki. Di samping itu,
ketidakberhasilannya dalam memiliki keturunan ternyata bukan disebabkan oleh
kemandulan istrinya, melainkan justru karena kesehatannya yang tidak baik.
Hingga akhirnya
kejaiban terjadi dalam hidupnya. Tim yang ia gawangi perlahan berhasil melaju
ke kejuaraan daerah dan meraih kemenangan. Kemengangan tersebut menjadi hal
spektakuler mengingat tim lawannya adalah The
Giants, tim yang telah memenangi kejuaraan daerah tiga tahun
berturut-turut. Begitu pula akhirnya ia dapat memiliki keturunan setelah
beberapa kali konsultasi ke dokter. Mari kita pelajari bagaimana pelatih
tersebut ber-“proses” melewati masa-masa terberat dalam hidupnya. Tidak hanya
sekedar berfokus pada hasil akhir yang berupa kemenangan tim dan dikaruniai
keturunan.
Saat tim softball
yang ia latih tak kunjung menang dalam setiap level kejuaran bertahun-tahun
lamanya, akhirnya ia merasa bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa. Di saat itu ia
berfikir, untuk apa aku hidup jika tak berguna? Tujuannya melatih untuk membawa
timnya menang, terkenal, serta siswanya dapat beasiswa nyaris membuatnya kandas
dan “gila”. Perlahan ia sadar bahwa segala tujuannya tersebut bukanlah tujuan
utama. Ia berpikir bahwa manusia diciptakan Tuhan untuk mengabdi kepada-Nya.
Akhirnya ia mulai merenung kembali tentang filosofi tim yang ia latih. Ia tanya
kepada seluruh siswanya. Untuk apa kita bermain? Salah satu siswa menjawab,
“untuk menang”. Ia katakan, “tidak, kita main untuk Tuhan. Jika kita menang,
kita akan memuji-Nya dan jika kita kalah, kita juga akan memuji-Nya.”
Ternyata
filosofi di atas sangat relevan untuk setiap sendi kehidupan yang dijalani
manusia. Berkat keyakinannya yang kuat pada Tuhan, tim mereka memiliki semangat
tanpa batas. Mereka tidak berharap menang saat final. Mereka hanya mengikuti
permainan dengan usaha terbaik mereka. Usaha terbaik untuk Tuhan. Begitu pula
yang terjadi pada istrinya. Berkat usaha terbaik dari keduanya, adanya
keturunan-pun menjadi sesuatu yang sangat mungkin bagi Tuhan. Pada akhirnya
kita dapat berkesimpulan, “with God, all
things are possible”, (bersama Tuhan segalanya mungkin). “Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu
ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.” (Q.S. Al-Fath
[48]: 27).
Make it Real!
Bukan tingginya langit yang menghalangi kita
bermimpi, tapi rendahnya keyakinan yang telah mengubur kita dalam kehidupan.
Hikmah menyatakan, “jadilah
pemuda yang kakinya menapak di bumi dan cita-citanya melambung setinggi bintang
Suroyya.” Yakinlah bahwa kita memiliki Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika Ia
berkehendak atas sesuatu, tidak ada yang akan dapat menghalangi-Nya. Tanyalah
pada diri kita, “andai uang dan waktu
bukanlah penghalang bagiku, apa yang kuinginkan?” jawablah dengan penuh
keyakinan bahwa kelak kita dapat meraihnya dengan izin Allah. Betapa bahagianya
kita, ketika kelak kita sudah dapat mencentang (mencheklist) satu persatu mimpi
tersebut pada hari-hari berikutnya.
Bermimpilah! Setelahnya, mari kita wujudkan
mimpi itu menjadi nyata. Tentunya upaya tersebut harus dilakukan dengan usaha
yang optimal baik lahir maupun batin. Kemudian kita harus tawakkal (berserah
diri) setelah berusaha yang terbaik. Kalau kita yakin pada ilahi. Kita juga
harus yakin untuk mewujudkan mimpi. Bukankah mimpi adalah anugerah ilahi?
Kerahkan semua tenaga untuk berusaha
yang terbaik. Jangan mudah mentoleransi (membiarkan) diri untuk menyerah. Toleransi
karena lelah berari tanda siap untuk kalah. Toleransi karena tantangan berarti
tanda tidak siap untuk suatu kemenangan. Besarnya kesungguhan kita menentukan
besarnya hasil yang akan kita raih. Bekerjalah walau dalam kesedihan, karena
air mata yang menetes saat ini akan menetes kembali ketika keberhasilan telah
diraih. Segera bekerja dan jangan biarkan diri menjadi “penunda” hanya karena
sering menduga-duga (hal buruk). Ingatlah bahwa, “tidak ada kenikmatan kecuali sesudah bersusah payah.” (Al-Hikmah).
Banyak orang yang menyerah, padahal
garis finish (akhir) sudah di depan
mata. Kita makhuk yang lemah, tetapi Tuhan tidak pernah menyerah memberikan
kita anugerah. Tuhan tidak pernah menyerah mengalirkan kasih dan sayang-Nya
kepada kita. Lantas apa lagi yang membuat kita tidak segera berubah? “Hidup terlalu indah untuk tak berubah,
hidup terlalu singkat untuk tak berbuat.” (Letto, “Yang Kusebut Sayang”).
Kita yang tak seberapa ini tak berarti jika tak memiliki mimpi. “Make it real!”
Agus
Fadilla Sandi
Koordinator
Divisi Penelitian
Lembaga
Pengabdian Masyarakat Ponpes UII
it's so amazing....
BalasHapusso amazing...
BalasHapusTerima kasih Eci Ernawati (e_cips). Sukses selalu. :-)
BalasHapusbagus motivasinya (y)
BalasHapus