Sabtu, 26 Februari 2011

KAWAN - KU - YANG - FANTASTIS

BUATMU JUGA (KAWANKU YANG FANTASTIS)


Kawan, begitu indah ternyata hidup ini setelah diketahui bahwa dalam banyak hal kita selalu menemukan sandingan. Pangkuan ibu ketika bersusah hati, sapaan teman dikala hati tengah terasa sunyi, dan senyumannya (silahkan ditafsirkan sendiri) yang mampu mengubah segalanya …… (sebagaimana yang disampaikan Ayatul Husna dan Ana Althafunnisa dalam KCB saat ditanya tentang arti cinta).

Pagi dini hari, tepat pukul 00:23 WIB, sebelum rehat saya sempatkan membaca catatan seorang teman karibku, Ida. Di sana ia sampaikan banyak hal yang cukup menyentuh hatiku, hingga ku putuskan untuk “like this” memberikan tanda suka (jempol) pada catatannya.

Dari berbagai uraiannya, setidaknya ada dua hal istimewa yang kukira penting untuk kurenungkan kembali sebelum jari jemariku terhenti dan mataku mulai layu menatap monitor di kala itu. Dua hal tersebut ialah; Pertama, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kita hidup bersama. Kita punya cerita suka dan duka bersama. Begitupun kita dituntut untuk dapat saling mengisi dan berbagi bersama. Sebagai makhluk sosial, kita diwajibkan menjadi makhluk yang peka terhadap realitas sosial. Bukankah dalam agama kita juga diajarkan untuk saling mencitai? Demikian indahnya Rasul bersabda,

“tidak lah beriman di antara kamu hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”

fantastis bukan??? Begitu seriusnya kehidupan sosial mendapatkan perhatian lebih oleh siapa dan apa pun, termasuk agama.

Kawan, mungkin kita pernah berpikiran, untuk apa mengurusi orang lain, sedangkan diri kita sendiri aja tidak terurus? Pun kita masing-masing punya urusan masing-masing. Pikiran itu sekilas benar, tapi sayang kurang tepat (mengutip bahasa Pak Endro as Prof. Keynes), mengapa demikian? Karena sesungguhnya dengan saling membantulah kita dapat menyelesaikan urusan kita –bersama- dengan baik. Sungguh indah apa yang dikatakan Allah, bahwa ketika kita menyayangi siapa saja yang ada di bumi, maka kita pun akan disayangi oleh mereka yang ada di langit. Memang tidak mudah (susah) mengaplikasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan, tapi susah bukan berarti tidak mungkin, kawan.

Satu hal yang meneguhkan saya pribadi hingga kini rela membagi ruang hati dan kehidupan saya kepada hal lain diluar dari pada saya ialah, bahwa Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya masih senantiasa menolong saudara/i-nya. Dengan demikian, kalau kita ingin segala urusan, masalah dan kepentingan kita semua berjalan lancar, rumusnya sangat sederhana, “bantulah saudara kita terlebih dahulu” dalam menyelesaikan segala urusan, masalah dan kepentingan mereka. Biarlah segala urusan, masalah dan kepentingan kita diselesaikan oleh mereka yang ada di langit (Allah tentunya). Implementasi hal ini jangan disalahpahamkan dengan lari dari tanggung jawab ya…Karena bukan berarti dengan membantu orang lain, lantas kita meninggalkan tanggung jawab kita pribadi begitu saja.

Sebagai renungan, dahulu dikisahkan ketika Rasul dan para sahabat ingin pergi berperang, lantas Rasul bertanya kepada para sahabat satu persatu tentang apa yang akan mereka berikan kepada para pasukan perang sebagai bentuk bantuan. Ketika ditanya Umar, Umar pun menjawab akan memberikan separuh hartanya sebagai bantuan kepada para pasukan perang. Namun yang sungguh menakjubkan, ketika Rasul bertanya kepada Abu Bakar, dengan yakin Abu Bakar menjawab, “semua harta yang aku miliki akan kuberikan sebagai bantuan.” “Lantas apa yang kau sisa kan untuk keluargamu?” Tanya Rasul kembali. Abu Bakar pun menjawab, “aku tinggalkan Allah dan Engkau (Rasul-Nya) wahai Nabi.”

Kawan, hidup begitu singkat. Sungguh amat rugi jika dalam waktu yang singkat ini kita hanya sibuk dengan urusan kita peribadi. Padahal kita tahu bahwa orang yang paling baik adalah orang yang bermanfaat bagi yang lain. Sebuah kebohongan besar jika kita mengaku agent of change tapi tak ada apa pun yang dapat kita lakukan, berikan, bahkan korbankan untuk suatu perubahan. Tentunya segala sesuatu dimulai dari hal yang terkecil, tapi ingat bahwa “jika kamu berada di sore hari janganlah menunggu pagi, dan jika engkau berada di pagi hari janganlah pula menunggu sore”


* Bersambung...
(Mohon maaf atas segala kekurangan. Senang kurasa jika teman-teman dapat meluangkan waktu sejenak merenungkan apa yang mungkin telah saya renungkan pula. Tak kalah penting juga untuk ikut berkomentar demi sebuah perbaikan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar